Ciater – Relawan HaloPuan terus bergerak melawan stunting di daerah Jawa Barat. Kali ini sosialisasi Gerakan Melawan Stunting dilakukan di Desa Cibeusi, Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang Jawa Barat, Kamis (27/1/2022).
Ciater sendiri merupakan lokasi ke-14 di Jawa Barat dari Gerakan Melawan Stunting yang dimulai HaloPuan sekitar pertengahan tahun lalu. HaloPuan selalu bekerja sama dengan kader-kader PDI Perjuangan, dilanisir beritasatu.com.
Wakil Ketua DPRD Provinsi Jawa Barat sekaligus Bendahara DPD PDI Perjuangan Jawa Barat, Ineu Purwadewi Sundari mengatakan, melawan stunting merupakan amanat partai kepada setiap kadernya. “Karena itulah, kami bermitra dengan HaloPuan dalam gerakan tersebut,” katanya.
Ineu menyebutkan, Ciater terkenal sebagai kawasan wisata alam di Kabupaten Subang, Jawa Barat. Hamparan perkebunan teh, udara sejuk, dan kolam-kolam pemandian air panas yang berasal dari Gunung Tangkuban Parahu menjadi daya tarik Ciater.
“Jika akhir pekan tiba, wilayah Ciater diserbu para wisatawan. Ciater di akhir pekan, tak kalah padatnya dengan kawasan Puncak, Bogor,” ujarnya.
Namun, di tengah aktivitas pariwisata tersebut, Ciater belum terbebas dari permasalahan stunting atau kondisi gagal tumbuh balita karena gizi buruk kronis.
Angka stunting di Jawa Barat sendiri menurut data Riset Dasar Kesehatan pada 2019 mencapai 26,21%. Padahal, Jawa Barat menargetkan zero stunting pada 2023.
“Ini (Gerakan Melawan Stunting, red) harus masif. Pemerintah tidak bisa sendiri dalam melawannya (stunting, red),” kata Ineu.
Kepala Puskesmas Palasari masuk wilayah kerja Ciater, Budiyana Taufik, menyebut tujuh desa di Kecamatan Ciater masih menjadi lokus dan fokus penanganan stunting.
“Yang masih jadi pertanyaan bagi saya adalah mengapa tujuh desa di Ciater masih jadi fokus dan lokus, padahal secara ekonomi warga Ciater mah marampu (semuanya mampu secara ekonomis, red),” kata Budiyana.
Hal tersebut disampaikan Budiyana saat memberi sambutan dalam kegiatan Gerakan Melawan Stunting yang digelar oleh HaloPuan, lembaga sosial Ketua DPR Puan Maharani.
Budiyana pun menyampaikan ucapan terima kasih kepada HaloPuan yang telah berperan dalam melakukan intervensi gizi sensitif berupa penyuluhan bahaya stunting.
“Kesadaran masyarakat tentang pemberian gizi seimbang kepada anak-anak memang perlu terus dibangkitkan,” katanya.
Koordinator HaloPuan, Poppy Astari menyebutkan Gerakan Melawan Stunting merupakan wujud kepedulian Puan Maharani kepada permasalahan gizi anak-anak di Indonesia. Angka stunting di Indonesia (27,7%) yang masih di atas rata-rata dunia (20%) menjadi perhatian Puan Maharani.
“Ibu Puan melihat masalah stunting tak bisa diselesaikan hanya oleh pemerintah, tapi perlu terus ditumbuhkan kesadaran warga,” ujar Poppy. “Karena itulah, HaloPuan terus bergerak untuk menyosialisasikan pemahaman tentang stunting dan cara mencegahnya,” sambungnya.
HaloPuan juga membawa gagasan pemanfaatan daun kelor sebagai asupan super. Daun kelor itu diekstraksi menjadi bubuk, sehingga bisa diolah menjadi berbagai menu makanan yang menarik dan enak dimakan oleh anak-anak (edible).
“Dengan dijadikan bubuk, maka nutrisi yang dikandung daun kelor menjadi terikat, dan tidak meluruh,” jelas relawan HaloPuan, Mohammad Chotim.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Subang, dr Maxi menyampaikan terima kasih kepada HaloPuan yang telah menyebarluaskan informasi tentang manfaat super daun kelor untuk melawan stunting.
“Untuk melawan stunting, kita memang mesti memanfaatkan apa yang ada di sekitar kita,” katanya.
Kegiatan diakhiri dengan pembagian paket makanan tambahan kepada sekitar 160 warga peserta. Di dalamnya, terdapat 400 gram bubuk daun kelor.(*/cr2)