oleh

Gaido Foundation Gelar Seremoni Penetasan Puyuh Banten di Kawasan Wisata Halal Baduy Outbound

Hari ini merupakan salah satu momen bersejarah bagi Provinsi Banten, karena tepat pada hari ini, telah lahir beberapa ekor unggas puyuh pilihan, yang menetas di Tanah Para Jawara, tepatnya di Kawasan Wisata Halal Baduy Outbound, Serang, Banten.

 

Puyuh-puyuh yang menetas itu telah diakui dan tersertifikasi sebagai puyuh asli Banten, atau dengan nama lain, Jawara Puyuh Banten.

 

Penetasan Puyuh Banten yang digagas oleh Gaido Foundation tersebut akan menjadi tonggak sejarah dimulainya gerakan masif budidaya puyuh di Banten, yang terpusat di Kawasan Wisata Halal Baduy Outbound, dan juga ditargetkan berkembang di seluruh pesantren serta BUMDesa yang ada di wilayah Banten.

 

M Hasan Gaido, Founder Gaido Foundation sekaligus Pengerak Budidaya Puyuh di Banten mengungkapkan, bahwa mega proyek budidaya puyuh ini membawa sejumlah misi besar, yang akan diwujudkan dalam satu tarikan nafas.

 

*Budidaya Puyuh untuk Menciptakan Ketahanan Pangan*

 

Sejak pandemi Covid-19, isu ketahanan pangan kembali mencuat kuat ke permukaan. Banyak negara diprediksi mengalami krisis pangan, tak terkecuali Indonesia.

 

Gerakan budidaya puyuh ini merupakan salah satu respon yang sangat relevan terhadap isu krisis pangan tersebut, karena sejatinya, pemenuhan kebutuhan pangan adalah tanggung jawab setiap individu.

 

Budidaya puyuh merupakan cara mudah dan murah yang bisa dipilih oleh individu maupun kelompok kecil masyarakat, untuk menghadirkan sumber pangan sendiri, berupa daging puyuh, terlur puyuh, serta berbagai aneka makanan olahan berbahan dasar puyuh.

Baca Juga  Ketua Umun SMSI Bertandang Ke Lampung, Silaturahmi Sekretaris PDI-P Lampung

 

*Budidaya Puyuh untuk Menekan Angka Peningkatan Stunting*

 

Indonesia merupakan salah satu negara yang angka stuntingya masuk kategori kronis (24,4 persen pada 2021), karena memiliki tingkat prevalensi stunting di atas 20 persen (menurut WHO).

 

Stunting sendiri adalah masalah kurang gizi kronis yang ditandai dengan tubuh pendek. Penderita stunting umumnya rentan terhadap penyakit, memiliki tingkat kecerdasan di bawah normal serta produktivitas rendah.

 

Gerakan budidaya puyuh yang digagas Gaido Foundation menjadi salah satu upaya dalam menghadirkan sumber makanan bergizi dengan harga terjangkau, dalam bentuk daging dan telur puyuh.

 

Berbagai penelitian telah menyebutkan, bahwa telur puyuh maupun dagingnya memiliki aneka kandungan yang sangat baik untuk tubuh. Bila secara rutin dikonsumsi, maka masyarakat bisa tercegah dari penyakit gizi buruk atau stunting.

 

*Budidaya Puyuh untuk Kemandirian Ekonomi Pesantren*

 

Gaido Foundation telah menjalin kerja sama dengan Forum Silaturahmi Pondok Pesantren (FSPP) Banten untuk menjadikan budidaya puyuh sebagai program unggulan menciptakan kemandirian ekonomi pesantren.

 

Bukan tanpa alasan, meminjam istilah Profesor Puyuh di Indonesia, Slamet Wuryadi, “Puyuh merupakan mutiara terpendam pengentas kemiskinan.”

 

Ada beberapa alasan, harga telur puyuh belum pernah dijual di bawah modal. Di mana modalnya sekitar Rp200 per butir, sedangkan harga jualnya antara Rp280 sampai Rp300.

Baca Juga  Pelatihan Kepemimpinan untuk Guru Perempuan di Kota Medan

 

Alasan berikutnya adalah adanya situasi ketersediaan dan permintaan yang tidak seimbang. Saat ini, permintaan di daerah Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Banten saja, telah mencapai 16,5 juta butir telur tiap minggu. Sedangkan kemampuan peternak baru bisa mencukupi sekitar 3,5 juta butir.

 

Ini menjadi bukti nyata, apabila pondok pesantren mampu konsisten dan serius menjalankannya, maka kemandirian ekonomi itu pasti bisa dicapai.

 

*Budidaya Puyuh untuk Mendorong UMKM Naik Kelas*

 

Puyuh merupakan bahan makanan yang dapat diolah menjadi aneka kuliner nikmat dan bernilai jual tinggi. Tidak hanya telur dan dagingnya, tulang puyuh pun belakangan telah berhasil diolah menjadi cemilan stik yang memiliki cita rasa gurih dan krispi.

 

Ini adalah salah satu misi besar dari gerakan budidaya puyuh, dengan menjadikan aneka kuliner berbahan dasar unggas tersebut sebagai produk halal unggulan UMKM lokal dan nasional.

 

Harapannya, UMKM dapat bangkit, berkembang dan naik kelas menembus pasar ekspor dengan produk makanan berbahan dasar puyuh.

 

Gaido Foundation akan berkolaborasi bersama Baznas, Filantropi, Korporasi serta pihak-pihak lainnya yang ingin mendukung kebangkitan UMKM dengan memberikan akses permodalan program Francise Gaido Halal Food sebesar Rp5 juta.

 

Lewat program Francise Gaido Halal Food, UMKM bisa langsung berjualan sekaligus menggerakkan roda perekonomian.

Baca Juga  PT Pupuk Indonesia Perpanjang Masa Pengumpulan Karya Ilmiah Ajang Kompetisi Riset Pertanian

 

*Budidaya Puyuh untuk Menggerakkan Ekosistem Ekonomi Syariah*

 

Semua stakeholder ekonomi syariah akan bersatu padu mensukseskan budidaya puyuh ini, mulai dari akademisi, bisnis, government (pemerintah), community dan masyarakat (ABG Cantik).

 

Sektor keuangan syariah dipastikan akan memberi dukungan terhadap akses permodalan dan pembiayaan pada kegiatan budidaya puyuh ini. Dan selain itu, produk yang dihasilkan dari budidaya puyuh akan dipastikan kehalalannya oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI).

 

Seremoni pengentasan puyuh Banten semakin semarak dengan diselenggarakannya dua sesi Dialog Bisnis Puyuh, di mana sesi pertama bertajuk “Membangun Ketahanan Pangan melalui Budidaya Puyuh”. Sesi ini dihadiri oleh para narasumber yang kompeten, seperti Kepala Dinas Pertanian Banten, Ir. H. Agus M. Tauchid, S, M.Si, Ketua Presidium FSPP Banten, K.H Wawan Gunawan, S.SOS, Ketua Asosiasi Peternak Puyuh Indonesia (APPI), Slamet Wuryadi, dan akan dipandu oleh Moderator, Sekjen FSPP Banten, Dr. Fadlullah, M.Si.

 

Sementara diskusi sesi kedua bertajuk “Puyuh Komoditas Halal Terpendam, Solusi Pencegahan Gizi Buruk dan Stunting” dihadiri oleh deretan narasumber seperti Guru Besar Universitas Muhammadiyah Jakarta Fakultas Kesehatan Masyarakat, Prof. Dr. dr. Abdul Razak Thaha, MSC., SPGK (K). kemudian Asisten Staf Khusus Wakil Presiden RI, Guntur Subagja Mahardika, lalu Pakar Gizi dan Nutrisi, Dr.dr. Lucy Widasari, M.Si, dan akan dimoderatori oleh Founder Sultan TV, H. Bahroji, S.SOS.